Fatamorganaku

Tabir gelap mengurungku rapat,
Mencabik dan menusuk dalamnya laut fikirku
Menyayat dan mengiris habis dinding kulit nuraniku
Keterkucilan memaksaku menyelesaikan perenungan
Hingga malas tuntas....
Saat - saat itulah kecilku jadi sempurna
Sadar akan ketidak berdayaanku

Anginpun luruh rapuh....
Dan kurasakan pengakuan sampai ke altar hati

Dalam luas hutan tergelar
Kau lacak kata suci penuh makna
sedang mentari termangu - mangu
Menunggu lemah di alphaku
Hingga aku rasakan lapuknya jati diri
Tak pernah sesaatpun ku bayangkan
Aku tersesat di dunia hatimu
Dunia yang menawarkan sejuta bunga
Lengkap dengan kupu - kupunya
Hingga tanaman ilalang dan rumputpun
kulihat berbunga penuh warna
Tapi.....
Galau gelisah kubaca dari sapa matamu...

Berjalan dan bicara denganmu,
Aku serasa disudutkan pada senandung
Nada - nada cengeng dan kisah - kisah melankolis
Aku memandangmu ketika kau genggam jemariku
Aku ingat, bentangan sungai dan ngarai
Ajarkan aku untuk terus tetap mengalir
Aku ingin pulang kepangkuan yang kemarin lusa
Menderaskan kembali sungai yang sesaat kering dihati
Sekalipun rinduku berloncatan dari dalam dada
Menjadi tawa rangsa yang menjerit
Menoleh bulan dengan keterbelakangan

Aku tak tahu...
Meski kita berada dimuara yang berbeda
Namun tetap kurasakan gemercikmu
Mengaliri sungai - sungaiku
Anganku berenang ketepian...
Menghirup sisa wangi nafas
Yang sengaja kau tinggalkan di bebatuan,
Semilir anginmu menerpa pucuk - pucuk padi
Di sawah - sawah mimpiku
Yang sesaat lagi akan menguning
Dan roboh satu - satu...

Kadang aku malu, Aku gagal menjadi langit
Yang menaungi hutan, pohon, serta  daun - daun sukmamu
Aku ragu dalam khayal...
Aku sangsi arti diri,
dan aku takut pada kenyataan mendatang,
Ingatlah...hutan dihatiku masih tetap milikmu
Menyimpan lembaran - lembaran rahasia kesucian
Juga desau angin yang kau pendam...
Moga tak tumbangkan pepohonan
satu...demi satu...

0 Response to "Fatamorganaku"

Posting Komentar